Kamis, 03 Februari 2011

Papa...

Aku selalu mudah belajar untuk menerima keadaan.Luka… ya itu adalah pembelajaranTeringat secara samar-samar caranya ninggalin aku. Papa. Kira-kira, umurku 3 tahun. Belum kupahami kenapa papa harus ninggalin aku dan juga mama pastinya. Itu… adalah masalah orang dewasa yang mungkin anak sekecil aku gag ngerti. Aku pun gak mau ngerti sebenernya. Karena apapun alesannya, buat aku, kesalahan besar papa ninggalin aku n mama.Perceraian toh gak bisa dihindarkan. Apa aku harus teriak?apa aku harus memohon supaya papa tetep tinggal? Gak… bahkan aku sudah lupa kondisiku waktu itu… terlalu samar. Tapi lukanya memang terasa sampai sekarang.Kadang hidup gak memberi kita pilihan. Kadang tak jarang harus menelan sebuah pil pahit. Kalo aku bisa memilih, gak akan aku pilih jalan ini. Apa ada seseorang yang menghendaki jadi anak yang broken home? Pertanyaan rectoris.Mamaku… wanita berumur 23 tahun waktu itu. Mungkin selama hidupnya gak pernah membayangkan akan jadi janda di usia yang masih sangat muda. Sesekali aku nangisin ini. Apa aku gak tau ini akan nyakitin mamaku? Terserah aku, aku terlalu kecil untuk gak menangis dan berpikir itu semua. Alesan yang wajar, aku menangis karna aku masih kecil. Alesan ini gak akan bisa ku pakai selamanya, karena sampai sekarang pun kadang pandangan ku kabur dipenuhi air yang sesekali gak bisa kutahan. Luka, luka itu memang membekas. Sedikit banyak aku belajar. Bahwa gak selalu apa yag kita pengen bisa terwujud. Toh aku gak kurang kasih sayang walopun gak ada papa yang nemenin aku. Disini ku ada eyang, om, tante, mama yang semua pasti ada buatku. Yang ku yakin, gak akan ningglin aku kaya papa. Tapi aku janji. Aku gak akan benci sama papaku. Gak akan. Aku punya papa baru. Yah, sebenarnya teorinya adalah kalo kita kehilangan sesuatu, Tuhan pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik. Seperi biasa, ingatan yang samar-samar. Aku lupa bagaimana awalnya caraku memanggil dia papa. Yang jelas, sebenerrnya papa baruku yang lebih pantas dipanggil papa ketimbang papaku. Ya, keluargaku kembali bisa di katain utuh. Tidak terlepas dari konflik, tapi sejauh ini aku bisa melewatinya.Aku tau, bahkan aku gak punya ikatan darah. Tapi papaku yang baru bisa menggantinya dengan cinta yang besar. Bahkan lebih besar dari papa yang ninggalin aku. Hm… jadi tergelitik buat inget doaku yang sedikit gak masuk akal. Aku, adalah anak pertama di keluargaku. Temen kecilku, adalah anak kedua di keluarganya. Dia punya seorang kakak perempuan. Iseng aku bergumam”enak kayaknya punya kakak perempuan, sayang aku gak punya, iri nih”Coba tebak apa yang tejadi? Aku beneran dikasih kakak perempuan.  Papa  baruku ngasih aku kakak perempuan. Dari pernikaannya sebelumnya. Mau marah? Gak mungkin. Karna toh semua berjalan sesuai doaku yan dulu. Aku dapet pelajaran lagi. Tuhan pasti akan mengabulkan semua doa kita. Semua. Tapi Tuhan melakukannya dengan cara yang berbeda dan gak kita duga. Di balik itu ada pelajaran buat kita. Pelajaran yang nantinya kita butuhhin sebagai senjata buat njalanin hidup.iya Kalo boleh aku memohon, ini kalo aku gak dibilang serakah. Aku berharap, cukup sekali aja aku ditinggalin seseorang dalam hidupku. Tapi kalopun itu masih berlebihan, ajari aku jadi lebih kuat untuk kehilangan lagi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar